Rabu, 16 Januari 2008

ISLAM NUSANTARA


Islam adalah suatu anugrah besar yang diberikan oleh Allah SWT kepada seluruh umat manusia didunia. Akan tetapi, hari ini telah muncul berbagai persepsi miring tentang ajaran Islam itu sendiri. Hal ini diakibatkan oleh ulah dari para oknum-oknum tertentu yang mengatasnamakan Islam sendiri yang berusaha untuk memecah belah umat Islam di Indonesia.
Berawal dari mukjizat berupa Al-Qur’an yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhamad SAW melalui perantara malaikat Jibril, Islam berkembang pesat seiring perkembangan jaman. Berbagai isi Al-Qur’an selalu mewarnai perkembangan dunia dari awal diberikan-Nya hingga saat ini, baik dari segi peraturan, hukum dan ilmu pengetahuannya.
Kita sebagai umat Islam tentunya tahu bahwa, Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia di dunia. Banyak para ilmuwan non-Muslim berpendapat baik terhadap Al-Qur’an seperti, Harry Gaylord Dorman dalam buku "Towards Understanding lslam", New York, 1948, p.3, berkata: "Kitab Qur'an ini adalah benar-benar sabda Tuhan yang disampaikan melalui perantara Jibril, sempurna setiap kalimat dan bahasanya, dan merupakan suatu mukjizat yang tetap aktual hingga kini, itu semua membuktikan kebenaran-Nya dan kebenaran Muhammad."; Prof.H.A.R. Gibb dalam buku "Mohammadanism", London, 1953, p. 33, berkata sebagai berikut: "Nah, jika memang Qur'an itu hasil karyanya sendiri(Muhammad), maka orang lainpun dapat menandinginya(Al-Qur’an). Cobalah mereka mengarang sebuah ungkapan seperti itu. Kalau sampai mereka tidak sanggup dan boleh dikatakan mereka pasti tidak mampu, maka sewajarnyalah mereka menerima Qur'an sebagai bukti yang kuat tentang mukjizat."; DR. J. Shiddily dalam buku "The Lord Jesus in the Qur'an",p. 111 , berkata: "Qur'an adalah Bible kaum Muslimin dan lebih dimuliakan dari kitab suci yang manapun, lebih dari kitab Perjanjian Lama dan kitab perjanjian Baru."; Napoleon Bonaparte. Dari "Stanislas Cuyard-Ency des Sciences Religioses",Paris, 1880, jilid IX, p. 501 berkata sebagai berikut: " Selama abad-abad pertengahan, sejarah Islam peradaban sepenuhnya. Berkat keuletan kaum Musliminlah maka ilmu pengetahuan dan falsafah Yunani tertolong dari kebinasaan, dan kemudian datang membangunkan dunia Barat serta membangkitkan gerakan intelektual sampai pada pembaruan Bacon. Dalam abad ke-7, dunia lama itu sedang dalam sakaratulmaut. Muhammad memberi kepada mereka sebuah Qur'an yang rnerupakan titik tolak ke arah dunia baru." dan tentunya masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan yang namanya tidak cukup untuk dituliskan
Perkembangan agama Islam akhirnya juga sampai di Indonesia yang notabane penduduknya terdiri dari berbagai ras, suku, etnis, budaya hingga aliran-aliran kepercayaan melewati daerah-daerah pesisir pantai. Dalam perkembangannya, agama Islam menyebar kepada seluruh masyarakat melalui budaya-budaya masyarakat lokal yang ada sebelumnya. Itu bisa terlihat bagaimana para Walisongo (penyebar agama Islam terbesar di Jawa) yang menyebarkan agama Islam melalui seni pribumi tanpa menghilangkan ciri khas budaya lokal setempat seperti, bagaimana budaya sajen dirubah menjadi selamatan/ syukuran, seni perwayangan yang tokoh dan ceritanya diganti dengan tokoh-tokoh umat Islam, seni musik yang mengajarkan nilai-nilai keislaman kepada masyarakat untuk selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, hingga seni bangunan yang sebelumnya didominasi oleh arsitektur candi dan pura.
Karena begitu menghargainya budaya lokal setempat pada waktu itu, Islam menyebar begitu cepat keberbagai pelosok negeri, baik melalui syair-syair, lagu-lagu hingga seni wayang yang sangat diminati oleh masyarakat pribumi. Islam juga memiliki pengaruh besar dalam mewarnai sistem pemerintahan dalam negeri dengan berbagai paket-paket tata aturan hingga tata hukum yang saat itu banyak dikuasai dan didominasi oleh para raja-raja. Sistem pemerintahan yang semula berbentuk kerajaan dengan kuasa sepenuhnya milik raja (monarki), diubah menjadi sistem pemerintahan yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat (demokrasi).
Hanya dalam tempo singkat, Islam banyak memiliki pengikut dari masyarakat kecil hingga para raja. Hal ini dikarenakan, Islam mendapatkan tempat yang layak dihati para masyarakat pribumi tersebut.
Seiring perjalanan waktu, Islam sebagai agama yang menghargai budaya berperan besar dalam memajukan bangsa Indonesia. Dari awal penjajahan hingga masa reformasi saat ini, kita bisa melihat banyak sekali hasil-hasil karya dan ide-ide yang disumbangkan oleh generasi-generasi Islam Nusantara. Seperti terbentuknya organisasi Muhamadyah dan Nahdlatul Ulama yang notabane bentukan dari para ulama kemudian, para intelektual muda bangsa yang mendirikan organisasi kemahasiswaan Islam seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan lain sebagainya yang mana, merekalah yang mempelopori kemerdekaan Indonesia.
Hingga saat ini, Islam menjadi agama terbesar di Indonesia, bahkan Indonesia mendapat julukan sebagai negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Akan tetapi, hal ini akan terasa sia-sia seandainya bangsa kita yang mayoritas Islam, terdapat banyak oknum-oknum tertentu yang selalu menggunakan agama sebagai senjata untuk mencapai kepentingan (politik).
Yang sungguh membuat miris kita adalah banyaknya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang selalu menjual nama agama dalam setiap aktifitas dan tindakannya. Kita juga bisa melihat bagaimana para oknum tersebut merendahkan agama dengan dalih untuk berpolitik.
Mungkin itu adalah akibat dari begitu rendahnya kepedulian dan sikap menghargai Islam sebagai agama. Seharusnya, sebagai warga negara Indonesia yang baik dan pemeluk Islam yang taat, kita harus menghargai budaya Islam tradisional yang selalu menghargai budaya lokal.
Belum lagi oknum-oknum lain yang selalu mencoba memasukan budaya asing kedalam Republik Indonesia yang masyarakatnya plural dan mencoba menghilangkan kebudayaan bangsa. Sungguh ironis sekali seandainya kita melihat kondisi Indonesia yang seperti ini.
Dalam Road Show Islam Nusantara, kita mencoba untuk membuka kesadaran kita akan pentingnya menghargai budaya bangsa sendiri, budaya Indonesia. Dengan demikian, cita-cita Islam sebagai agama yang menghargai budaya dan menghargai kemajemukan bisa kita realisasikan.
Islam sebagai agama terbesar di Indonesia akan kembali ke jalannya sesuai dengan yang diamanatkan oleh Al-Qur’an dan Hadist.
Dalam konteks Islam Nusantara, dijelaskan mengenai Tassamuh (Toleransi), Tawasuth (Moderate) dan Tawazzun (Lurus/Adil). Kita bisa memaknai Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama. Hal ini bisa dilihat dalam surat Al Kaafirun ayat 6 yang artinya: ”Agamamu agamamu, agamaku agamaku”. Dengan demikian kita bisa mengartikan bahwa Islam adalah agama yang seharusnya mampu berdampingan dengan siapa saja. Dalam konsep Tawasuth, Islam mengajarkan bagaimana mampu bertindak dan berpikir secara moderat tanpa membeda-bedakan siapapun dan tanpa memihak siapapun kecuali mencoba menengahi suatu masalah. Kita juga melihat dalam konsep tawazzun yang mengajarkan tentang bagaimana kita menuju jalan yang benar dan tidak menyimpang dari ajaran Islam yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Dalam konteks tersebut, Islam selalu memperjuangkan toleransi, menghargai budaya dan menjunjung tinggi pluralisme. Itulah sebabnya, kenapa sebagai generasi muda Islam yang merupakan para penerus nilai-nilai luhur ajaran agama, sudah seharusnya menjaga dan melestarikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam Islam sebagai agama yang diridhoi oleh Allah SWT.